Sebagai organisasi Mahasiswa Islam terbesar HMI di usia yang ke-64 tahun telah mengukuhkan posisinya pada kondisi yang mapan, namun demikian mapannya usia HMI tentu akan melahirkan dua hal yang akan memberi warna dan saling bertolak belakang, disatu sisi HMI akan semakin kokoh secara institusional dan dinamis, namun disisi lain karena didasari nama besar dan proses perjalanan sejarahnya HMI hari ini cenderung menjadi lamban dan bergerak ditempat. Selain itu sikap establish yang lahir dari kebanggaan sejarah lampau kiprah HMI mengakibatkan HMI hari ini cenderung tampil dalam kesadaran palsu.
Imbasnya secara menyeluruh HMI menjadi semacam sekedar gerbong penghasil para politisi yang tidak kreatif dan hanya berpasrah dan berharap menjadi politisi tanpa memikirkan bahwa politisi hari ini adalah politisi yang harus kuat secara financial. Pada hal sesungguhnya jika kita melihat makna filosofis pengkaderan di HMI, HMI adalah organisasi yang idealnya mengarahkan kadernya untuk berkiprah pada berbagai bidang dan profesi. Trend hari ini adalah ternd wirausaha yang mau tidak mau kalau HMI tidak berupaya melirik ini, HMI akan tertinggal. Sebab kalau pun harus jadi politisi kader HMI tidak bisa hanya mengandalkan modal sekadar menjadi organisatoris yang baik.
HMI secara institusi bukannya tidak menyadari ini, namun kuatnya mind set politik yang telah menjadi semacam trend budaya dalam organisasi mengakibatkan tampilan HMI hari ini menjadi semacam macan ompong yang Cuma bisa mengaum tapi tidak berdaya untuk menggigit.
Dari semua gambaran di atas sesungguhnya jika HMI ingin tetap bertahan HMI harus berani melakukan Reassesment total terhadap dirinya. Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan
1. HMI harus merombak secara total pola pengkaderan yang ada saat ini, sebab kurikulum yang ada sudah tidak kompetibel dengan abad 21 dimana HMI terjebak hari ini
2. HMI adalah organisasi mahasiswa, otomatis basisnya adalah kampus, HMI harus dikembalikan ke Kampus. Konsep Back to Campus bukan sekedar diwacanakan tapi harus diimplementasikan ke dalam kampus. HMI harus mampu menjadi organisasi yang tidak hanya membentuk kader-kadernya pada satu tipe (baca poiltik) tapi lebih terbuka sehingga mahasiswa mau melirik HMI. Karena tuntutan zaman saat ini mendorong setiap orang untuk lahir sebagai orang-orang yang professional. Kalau HMI tidak menawarkan kemandirian dan penguatan profesionalisme bagi mahasiswa di kampus, maka wajar kalau HMI tidak lagi menarik
3. HMI harus melakukan modernisasi organisasi, modernisasi yang dimaksud mencakup system, manajemen dan gaya kepemimpinan. Dalam era moderen kepemimpinan, manajemen dan system dalam pengelolaan organisasi harus mampu menghadirkan ruang efektifitas dan efisiensi. Trend perkembangan teknologi informasi dan komunikasi harus diimplementasi dalam pengelolaan oragnisasi. HMI harus mulai berani bicara kesenjangan digital, bicara teknologi bahkan mungkin HMI harus berani melakukan digitalisasi didalam organisasinya
Kalau ini tidak dilakukan maka, HMI akan tampil sekedar menjadi organisasi yang tidak lagi memberi makna bagi bangsa dan ummat, malah justeru menjadi beban. Seperti tadi sudah saya katakan diawal bahwa HMI ibarat macan ompong hanya bisa mengaum tapi tidak bisa menggigit, ini sebuah otokritik bahwa kalau HMI ingin mengembalikan misi organisasi pada khitah HMI, maka HMI harus berani menerima ini sebagai cambuk. Kami menyadari bahwa keresahan ini bukanlah monopoli tunggal, tapi semua kader HMI memiliki keresahan yang sama, semoga apa yang kami sampaikan dalam tulisan ringkas ini bisa mewakili keresahan sebegian kader HMI yang masih berpikir bahwa HMI masih bisa berubah.
0 komentar:
Posting Komentar