HMI tidak dapat dilepaskan dari Lafran Pane yang karena jabatannya sebagai ketua III senat STI (Sekolah Tinggi Islam yang sekarang Universitas Islam Indonesia), ia sekaligus menjadi Pengurus Pusat PMY (Persatuan Mahasiswa Yogyakarta) untuk wilayah STI. Oleh karena itu, ditubuh STI waktu itu ada satu seksi yang disebut sebagai “Seksi PMY” yang diketua oleh Lafran Pane. Pengalaman Lafran Pane sebagai salah satu fungsionaris organisasi ekstra Universitas itulah yang kemudia mendorongnya membentuk satu organisasi ekstra yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa Islam.
Pada tanggal 5 Februari 1947, bertempat disalah satu ruang kuliah STI di Jl. Setyodiningratan, Lafran Pane bersama 20 orang mahasiswa STI mengadakan pertemuan untuk mendirikan sebuah organisasi mahasiswa Islam yang diberi nama “Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)”. Hasil pertemuan tersebut kemudia diajukan ke Rektor STI, KH. A. Kahar Muzakkir, dan mendapat sambutan yang sangat baik. Bahkan, konon KH. A. Kahar Muzakkir memberikan bantuan finansial setiap bulanya sebesar Rp. 25,- (dua puluh lima rupiah) untuk kelangsungan hidup organisasi tersebut. Pada perkembangannya, organisasi tersebut terus hidup dan berkembang luas yang tidak terbatas pada mahasiswa STI atau mahasiswa UII dikemudian hari, tetapi juga merambah ke berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia, baik negeri maupun swasta. Sekembalinya pemerintah RI ke Jakarta, HMI ikut dipindahkan ke Jakarta yang diketuai oleh Lukman untuk beberapa bulan, kemudia diteruskan oleh A. Dahlan Ranuwihardjo.
2 komentar:
Terima kasih atas tulisan sejarahnya, simak juga tulisan kami terkait lambang HMI <a href=" http://www.academicindonesia.com/makna-dibalik-lambang-hmi/lOGO hmi Indonesia</a>
Siapa yang nulis ni?
Posting Komentar